Menabung Sampah demi Hari Esok - Indonesia Bangsa Pembaharu
Headlines News :






Subscribe me

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.

Monday 17 December 2012

Menabung Sampah demi Hari Esok

Menabung identik dengan mengumpulkan uang. Tapi bagaimana kalau yang ditabung adalah sampah? Inilah yang dilakukan dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bambang Suwerda. 

Di tangan Bambang Suwerda, menabung sampah hasil akhirnya berupa kumpulan uang. Bukan tumpukan sampah. Bahkan,kita bisa menabung sampah di Bank Sampah Gemah Ripah yang telah didirikan olehnya bersama warga Dusun Badegan, Bantul sejak 2008. Seperti apa sih bank sampah yang dibangun oleh Bambang Suwerda sehingga mampu menghasilkan uang? Berikut wawancara SINDO dengan Direktur Bank Sampah Gemah Ripah Bambang Suwerda.

Bagaimana cara kerja bank sampah hingga bisa menghasilkan uang? 

Umumnya masyarakat menunjukkan rasa tidak suka dengan sampah.Perilaku tersebut dapat dilihat dari cara mereka memberlakukan sampah,seperti dibakar atau dibuang di sembarang tempat.Kita mencoba menerapkan sistem baru bagaimana caranya membuang sampah tapi tidak membahayakan lingkungan dan menghasilkan uang. Bank sampah ini masuk dalam bagian bengkel kerja kesehatan lingkungan.

Ini bagian dari kompetensi kami sebagai pengajar untuk menerapkan tridarma perguruan tinggi. Kami terapkan ilmu yang dimiliki di masyarakat. Semua orang tahu mengenai kesehatan lingkungan yang meliputi pengolahan limbah, penyehatan air, sanitasi makanan dan minuman, serta pengolahan sampah. Nah, bank sampah ini menjadi salah satu bagian dari kegiatan pengolahan sampah.

Dipilihnya pengolahan sampah karena efek dominonya cukup banyak. Pengolahan sampah secara mandiri otomatis berdampak panjang, dari sisi manusianya tercipta perilaku sehat dan pola hidup bersih.Sementara dari sisi lingkungan, lingkungan jadi bersih dan suasana nyaman terbangun hingga akhirnya dapat mewariskan bumi yang sehat bagi anak dan cucu. Bank sampah merupakan cara kami mengubah paradigma masyarakat agar suka terhadap sampah.

Yang digarap sisi manusianya agar mau mengubah paradigma sekadar pembuang sampah menjadi penabung. Penabung sampah untuk mendapatkan uang. Caranya, ya persis dengan cara orang menabung di bank. Namun yang dibawa adalah tumpukan sampah sesuai ketentuan yang tercantum di dalam buku rekening dan hasil akhirnya berupa kumpulan uang.Karena ini kegiatan menabung, kami juga mempergunakan instrumen perbankan seperti buku,nomor rekening hingga bentuk fisik banknya yang juga dilengkapi teller.

Apa mekanisme teknisnya? 

Penabung adalah individu atau kelompok masyarakat. Kami selaku pengelola bank punya satu mitra penting untuk menjalankan roda kegiatan ini, yaitu pengepul sampah. Kalau di sini (Bantul) kami menyebutnya rosok.Penabung,baik individu atau komunal menyetorkan sampah sesuai tiga klasifikasi yang telah ditentukan, yaitu plastik, kertas, dan kaleng.

Penyetoran dilakukan dengan slip setoran persis seperti saat menabung di bank konvensional. Pencatatan di buku rekening dilakukan setiap panen, yang jadwalnya dilakukan setiap tiga bulan sekali. Panen dilakukan dengan cara penabung membawa slip setoran dan buku tabungan untuk kemudian oleh tellerdihitung nilai sampah yang telah ditabung dan dicatat di buku tabungan.

Masyarakat dapat menarik uang yang mereka kumpulkan dengan ketentuan saldo minimal Rp5.000. Kalau di bank aslinya saldo minimal Rp50.000. Karena ini sampah, kami hanya menentukan saldo minimal Rp5.000. Asal memenuhi saldo minimal, pengambilan uang dapat dilakukan setiap kali panen. Tapi praktiknya, nasabah kami mengambil uang setahun sekali, setiap kali menjelang Lebaran.

Jika setahun sekali, ratarata setiap nasabah bisa mengumpulkan “panen” berapa? 

Penabung yang aktif dan rajin, rata-rata jumlah uang yang didapatkan menjelang Lebaran bisa Rp200.000- 300.000. Bagi yang tidak rajin hanya Rp10.000–15.000. Rajin di sini tolok ukurnya tidak hanya dari kemauan menyetorkan sampah. Kalau nasabah mau bersusah-susah memilah sampah, seperti kertas, kami pisahkan sesuai jenisnya, folio atau karton karena nilainya berbedabeda. Imbasnya, hasil juga akan banyak. Tetapi kalau hanya pasrah saja kertas semuanya dijadikan satu, plastik owolan langsung diserahkan ke kita,yahasilnya tidak sebanyak nasabah yang mau susah merinci kegiatan pemilahan sampah.

Butuh berapa lama membangun sistem ini di masyarakat? 

Bank sampah resmi berdiri pada 5 Juni 2008.Kendati resmi beroperasi 2008, sebelumnya kita sudah memasyarakatkan rencana ini kepada warga sekitar tempat tinggal kami, khususnya di satu RT.Di sini kelompok garapan adalah kelompok penabung dengan sosialisasi lewat arisan. Bahkan, kami juga memasyarakatkannya dengan mobil keliling yang beberapa bulan sekali keliling satu desa di awalnya dulu.

Saat ini sosialisasi dilakukan dengan memanfaatkan pengeras suara untuk pengumuman setiap kali menggelar panen. Bank sampah ini esensinya pemberdayaan masyarakat. Yang membedakan dengan lapak dan pengepul adalah selain aspek ekonomi, juga punya sisi pendidikan, penyelamatan lingkungan. Dan jangka panjangnya ialah bagaimana kami ingin mengubah dari yang semula pemulung menjadi lapak. Sebab, tidak ada ruginya bermitra dengan bank sampah. Sementara pengepul hanya memilikiaspek profitoriented.

Berapa omzet sampah yang berhasil dikumpulkan? 

Kami hitungannya produksi per bulan dan juga memiliki monthly record.Untuk bulanan sekitar 500–1.000 kilogram (kg) sampah yang masuk dengan komposisi yang ditabung lebih banyak plastik. Brankas untuk plastik ini setiap tiga sampai empat pekan penuh jadi 40% sampah yang terkumpul adalah plastik. Dari plastik yang terkumpul, artinya kami ikut menyelamatkan lingkungan.

Dihitung rata-rata,paling sering sampah yang terkumpul antara 5–6 kuintal. Sementara uangnya sekitar Rp700.000–1.000.- 000 untuk semua penabung. Kalau omzet lebih banyak berbentuk suvenir hasil kerajinan pengolahan sampah yang siap dipasarkan melalui pemesanan atau dipajang di distro.

Yang bekerja di bank sampah apa statusnya? 

Kami menyadari lambat laun tidak mungkin kegiatan ini terus bersifat sosial lantaran mereka yang aktif mengelola akhirnya juga berpikir menjadikannya sebagai sumber penghasilan. Saat ini kami punya lima petugas yang aktif memberikan pelayanan setiap hari di bank sampah. Sementara untuk seluruh relawan ada 24 orang lantaran punya 19 orang yang bekerja secara paruh waktu.

Bagi petugas pengambil tabungan, awalnya diberikan kompensasi sepekan dua kali keliling mengambil sampah senilai Rp15.000.Saat ini sudah naik jadi Rp25.000.Petugas pengambil adalah tukang becak. Sejak 2009 kami memanfaatkan sepeda motor bantuan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bantul untuk aktivitas pengambilan sampah.Saya di sini ditunjuk menjadi ketua atau bisa juga dikatakan direkturnya. Enggak bisa jadi direktur bank umum,yajadi direktur bank sampah juga enggak apa-apa.

Pengembangan apa yang masih ingin dilakukan? 

Masih ada sedikit sampah yang akhirnya tidak dapat kami olah.Akhirnya harus dibuang, misalnya pampers atau pembalut wanita yang memang tidak dapat diolah. Jumlah sampah terbuang cuma 10%. Kalau dari sistem perbankan yang diterapkan saat ini proses pencatatan transaksi di buku tabungan masih dilakukan manual.Sebab,untuk mendapatkan satu unit komputer termasuk program print out layaknya di bank, butuh dana Rp78 juta.Kami enggak cukup untuk itu.

Apa yang dikerjakan masih 20–25% dari seluruh aktivitas kesehatan lingkungan. Ke depan tentu ingin terus memperkuat upaya penyehatan lingkungan. Sekarang ini sudah mulai dilakukan dengan pembuatan contoh IPAL untuk limbah laundry, pengolahan sampah organik dengan Sabtu giling, dan pembuatan water treatment untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Dari prinsip 3R atau reuse, reduce, dan recycle, prinsip reuse masih lemah. Respons terhadap keberadaan suvenir karya perajin masih rendah. Kalau pemerintah mau menindaklanjuti dengan kebijakan penggunaan barang produk kerajinan pengolahan sampah untuk kegiatan mereka, tentu ini bak gayung bersambut. maha deva  

Sumber: http://goo.gl/y6dGB

No comments:

Post a Comment

Donate

 
Original Design by Ashoka Indonesia Modified by Ido