Wirausaha untuk Perubahan Sosial - Indonesia Bangsa Pembaharu
Headlines News :






Subscribe me

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.

Monday 17 December 2012

Wirausaha untuk Perubahan Sosial

"SUPAYA bisa terbang, Anda harus punya sayap. Bagi orang-orang miskin, modal yang murah adalah sayap. Kalau mereka tidak punya sayap itu, mereka tidak akan bisa keluar dari kemiskinan." (Mohammad Yunus, pendiri Grameen Bank)

Kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) diyakini banyak kalangan sebagai salah satu solusi terhadap masalah sosial dan ekonomi. Banyak harapan disandarkan terhadap para pembaharu sosial tersebut.

Karena itu, memasuki 2010, Ashoka Indonesia kembali memberikan penghargaan kepada 10 wirausahawan sosial di Indonesia untuk tahun terpilih 2009. Pada penganugerahan tersebut, Ashoka bekerja sama dengan BINUS Entrepreneurship Center (BEC), KADIN Indonesia, dan Asosiasi Kewirausahaan Sosial di Indonesia (AKSI). Penganugerahan award itu menunjukkan bahwa para wirausahawan sosial yang terpilih tersebut layak dianggap meraih kesuksesan.

Harus diakui bisa jadi masih banyak wirausahawan lain di seluruh penjuru negeri ini yang belum mendapatkan penghargaan. Namun, mereka masih tetap bekerja dan mengabdikan tenaga dan pikirannya bagi masyarakat.  "Fellow-fellow yang terpilih belumlah merata di seluruh Indonesia. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan di luar sana masih banyak para wirausahawan yang belum terseleksi oleh kami," ujar Direktur Ashoka Indonesia Mira Kusumarini.

Berdasarkan data Ashoka Indonesia, mayoritas (70%) peraih penghargaan wirausahawan sosial masih berdomisili di wilayah Jawa dan sekitarnya. Kemudian di wilayah kerja Sumatera dan sekitarnya masih dalam hitungan belasan orang. Untuk wilayah kerja Kalimantan, Sulawesi, dan sekitarnya hanya sembilan orang fellow. Wilayah Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan sekitarnya hanya sejumlah 22 orang fellow. Terakhir untuk wilayah Papua, Maluku, dan sekitarnya hanya tercatat tiga orang yang meraih award kewirausahaan sosial dari Ashoka.

Harus diakui, semakin penyebarannya merata, ide tentang perubahan sosial yang dipelopori para wirausahawan sosial tersebut akan semakin optimal. Sepuluh wirausahawan sosial yang terpilih pada 2009 datang dari beragam bidang kerja. Mulai kesehatan, jurnalistik, hingga pendidikan di antaranya Lexy Rambadetta, jurnalis yang mengembangkan jurnalisme dokumenter untuk penegakan HAM. Lexy yang memiliki wilayah kerja di Jakarta berusaha menyebarkan ide tentang jurnalistik yang independen sekaligus memulai pembuatan arsip sosial dalam bentuk visual di Indonesia.

Sedikit berbeda dengan Muchlis Usman yang mengembangkan TV komunitas dengan melibatkan partisipasi masyarakat sipil. Melalui Kendari TV, Muchlis bersama timnya berusaha memenuhi kebutuhan publik masyarakat Kendari akan informasi yang berkualitas dan keterikatan dengan pemerintah lokal di Indonesia. Di Indonesia belum banyak TV lokal atau bahkan TV komunitas yang mampu bertahan di tengah perkembangan industri pertelevisian saat ini. Dari Bali ada Luh Putu Upadisari yang berusaha memberikan layanan kesehatan reproduksi di pasar tradisional.

Sari–– panggilan akrabnya––menciptakan tempat dan waktu bagi pedagang perempuan yang biasanya terpinggirkan di pasar tradisional. Mereka dapat mengakses layanan kesehatan seksual dan reproduktif melalui organisasinya, Yayasan Rama Sesana. Kemudian Syafi’i Anwar yang concern mengembangkan pendidikan pluralisme di pesantren melalui pembelajaran berbasis internet. Dengan wilayah kerja: Banten dan Jawa Barat. Syafi’i mereformasi sistem sekolah Islam Indonesia dengan memperkaya kurikulum pesantren yakni menambahkan pengembangan keterampilan praktis dan pelatihan di samping pendidikan agama.

Peduli Lingkungan Hidup

Gerakan sosial yang memadukan antara kesehatan dan lingkungan juga dikembangkan Toto Sugito. Melalui komunitas Bike to Work (B2W), Toto bersama kawan-kawannya membangun kesadaran mengenai keuntungan ekonomi, kesehatan, dan lingkungan yang didapatkan dari bersepeda bagi para penghuni kota di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Valentinus Heri di Kalimantan Barat juga concern terhadap isu lingkungan hidup. Di tengah hutan gambut Kalimantan Barat, yang penting di mata dunia, tempat para penghuni asli mulai beralih ke pembalakan kayu secara tak berkelanjutan untuk mendapatkan penghasilan, Heri memfasilitasi usaha madu hutan yang menggiurkan untuk meningkatkan ekonomi lokal sambil melindungi hutan.

Kemudian Anna Alisjahbana yang berhasil mengembangkan integrasi sistem monitoring tumbuh kembang anak ke dalam program posyandu secara nasional. Anna memperkenalkan pendekatan holistik dalam tumbuh kembang anak, yang melibatkan praktik deteksi dan penanganan dini sebagai prinsip utama dalam menjamin kualitas hidup seorang anak.

Praktik Keswadayaan

Praktik inisiatif keswadayaan masyarakat dikembangkan oleh Bambang Ismawan. Pendiri dan pemimpin LSM Bina Swadaya ini memulai inisiatif praktik keswadayaan masyarakat di Indonesia 40 tahun lalu melalui organisasi pemberdayaan yang berkelanjutan, Bina Swadaya.

Tujuan Bambang adalah menjawab kebutuhan petani di pedesaan akan pendidikan, informasi, dan akses terhadap barang dan jasa. Dari Yogyakarta ada nama Roem Topatimasang yang concern terhadap pendidikan politik melalui pengembangan pemimpin lokal untuk hak sipil, politik, dan ekonomi rakyat. Selama 30 tahun, Roem mendidik dan memberdayakan komunitas yang termiskinkan dan terisolasi dari satu tempat ke tempat lain di ribuan pulau di Indonesia agar mengerti haknya dan dapat mengambil peran dalam proses pengambilan keputusan yang terpusat.

Di wilayah Kalimantan ada Willie Smits yang concern terhadap isu lingkungan hidup melalui penciptaan hutan hujan tropis untuk penghidupan berkelanjutan dan konservasi orangutan. Bisa dikatakan, Willie adalah salah satu pembela orangutan dan habitat alaminya. Namun, lebih dari itu, dia juga penemu bidang kehutanan yang menciptakan revolusi pada teknik dan kebijakan reboisasi di seluruh dunia.

No comments:

Post a Comment

Donate

 
Original Design by Ashoka Indonesia Modified by Ido